Rabu, 31 Oktober 2012

SDM INDONESIA DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI EKONOMI

PENDAHULUAN

Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pengalaman negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura membuktikan kebenaran hal tersebut. Kelima negara yang disebut menandakan “Kebangkitan Ekonomi Asia” itu, telah berhasil mendorong kemajuan ekonomi mereka secara spektakuler dan mengagumkan. Tumpuan kemajuan mereka bukanlah kekayaan alam yang melimpah, melainkan pada kualitas sumber daya manusianya.
Akan tetapi bagi Indonesia justru masalah sumber daya manusia ini masih merupakan problem utama. Kita menyadari bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain pada tahapan pembangunan yang setara dengan kita, bahkan di kawasan ASEAN sekalipun. Menurut laporan UNDP 1996, berdasarkan indikator Human Development Index, Indonesia menempati peringkat ke-102 dengan angka HDI 0,641. Sementara negara-negara ASEAN lain seperti Singapura menempati peringkat ke-34 (angka indeks 0,881), Brunei Darussalam peringkat ke-36 (angka indeks 0,872), Thailand peringkat ke-52 (angka indeks 0,832), Malaysia peringkat ke-53 (angka indeks 0,826), dan Filipina peringkat ke-95 (angka indeks 0,666). Rentang peringkat itu lebih jauh lagi bila dibandingkan dengan Jepang, Hongkong, atau Korea Selatan, yang masing-masing berada di peringkat ke-3 (angka indeks 0,938), ke-22 (angka indeks 0,909), dan ke-29 (angka indeks 0,886).
Dengan demikian, kita harus berusaha dengan sunguh-sunguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, khususnya di kawasan ASEAN. Meningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan iptek untuk menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif.
Memberikan prioritas utama terhadap pembangunan kualitas sumber daya manusia, terutama harus difokuskan pada upaya memperkuat basis pendidikan. Hal ini penting, sebab investasi human capital niscaya akan berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Faktor keberhasilan dalam membangun basis pendidikan inilah, yang mengantarkan negara-negara di kawasan Asia Timur muncul menjadi kekuatan ekonomi yang dahsyat itu. Lompatan ekonomi itu digambarkan oleh Bank Dunia sebagai the East Asian Miracle -- keajaiban negara-negara Asia Timur. Pertumbuhan ekonomi yang berlangsung secara amat mengesankan di negara-negara yang disebut “Macan Asia” itu, justru dikarenakan mereka berhasil dalam investasi human capital-nya.
Jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik seperti Taiwan, Hongkong, Jepang, dan lain-lain persentase sarjana di bidang iptek di Indonesia masih sangat terbatas. Diukur dari persentase jumlah sarjana di bidang iptek terhadap penduduk usia 22 tahun, Indonesia baru mencapai 0,5 persen pada tahun 1991; sementara Taiwan 4,2 persen, bahkan Korea dan Jepang masing-masing sudah mencapai 6 persen pada tahun 1990. Untuk itu, dalam upaya mengejar kemampuan yang setara dengan negara-negara tetangga dan negara industri di kawasan Asia Pasifik, jumlah sarjana sains dan teknologi pada strata satu (S-1) akan ditingkatkan dari 15 ribu per tahunnya pada awal PJP II menjadi 65 ribu pada akhir PJP II nanti.
Pemenuhan SDM yang berkualitas dan unggul karena menguasai iptek, akan berpengaruh terhadap struktur industri di masa depan. Dan apabila sasaran di atas bisa dipenuhi, akan semakin kuat basis industri yang sedang dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang pada gilirannya akan mendorong transformasi struktur ekonomi secara lebih cepat.

silahkan download lengkap PDF file nya disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar